Asia Harus Mengarahkan Krisis Pensiun

Sistem pensiun di Asia sedang menghadapi tantangan besar. Wilayah ini sedang mengalami perubahan demografis seismik, dengan populasi yang menua dengan cepat dan angka kelahiran yang menurun. Namun keuntungan investasi relatif rendah akibat ketidakpastian geopolitik dan suku bunga yang rendah.

Meski wilayah ini memiliki beberapa sistem pensiun yang cukup kuat, banyak negara Asia yang akan bergelut untuk memberikan dana pensiun yang memadai. Kini pemerintah perlu mengambil langkah positif untuk mengurangi tekanan finansial dan menghindari konflik antar generasi, antara kaum muda dan tua.

Angka harapan hidup saat lahir di wilayah ini telah naik dari tujuh menjadi 14 di sebagian besar negara-negara Asia dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, menurut Indeks Masa Pensiun Global Mercer Melbourne (MMGPI) 2018, yang membandingkan sistem pensiun di seluruh dunia terhadap kecukupan, keberlanjutan, dan integritas. Ini merupakan rata-rata dari satu tahun tambahan dalam setiap empat tahun. Kisaran angka harapan hidup yang meningkat menjadi 65 tahun dalam kurun waktu 40 tahun adalah 1,7 tahun di Indonesia hingga 8,1 tahun di Singapura.

Sebagian besar wilayah lain di dunia kini sedang menghadapi tantangan serupa terkait populasi yang menua, dan banyak negara sedang mengejar reformasi kebijakan yang sama. Termasuk di dalamnya meningkatkan usia pensiun, mendorong orang-orang untuk bekerja lebih lama, menaikkan tingkat pendanaan yang disisihkan untuk program pensiun, serta mengurangi jumlah uang yang dapat diambil peserta program dari rekening tabungan pensiun mereka sebelum mencapai usia pensiun.

Temuan MMGPI 2018 mengajukan pertanyaan mendasar: Reformasi seperti apa yang dapat diterapkan pemerintah negara Asia untuk meningkatkan hasil jangka panjang untuk sistem pendapatan pensiun mereka?

David Anderson
oleh David Anderson

President, International, Mercer

Berdiskusi dengan Konsultan Mercer

Kami sangat ingin berdiskusi dengan Anda. Harap berikan detail Anda di bawah.

*Required Fields